Tentang Indonesia

Alutsista indonesia 2013

Dasar pemikiran strategis dari  Pimpinan TNI, khususnya TNI AU serta Kemenhan untuk memodernisasi daya pukul alutsista TNI AU membawa angin segar dalam bidang pertahanan Indonesia. Kebutuhan akan Angkatan Udara yang kuat  dan disegani tersebut disetujui  oleh Presiden SBY, dan kemudian mendapat  apresiasi dan persetujuan  DPR. Sebuah kesadaran dan kebersamaan yang cerdas dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara. Upaya untuk mencapai kekuatan pokok minimum, MEF (Minimum Essential Force) pertahanan masih menjadi fokus kebijakan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI ke depan.
Setelah melalui jalan panjang, TNI AU mulai dibenahi oleh pimpinan nasional yang melihat betapa pentingnya peran angkatan udara disebuah negara. Sebagai contoh, Amerika Serikat memainkan USAF sebagai sarana pendikte dan mementahkan kekuatan militer Libya, dalam membantu pemberontakan di Libya terhadap Kolonel Khadafi. Demikian juga operasi clandestine CIA yang menggunakan pesawat tanpa awak untuk mengejar dan membunuh tokoh-tokoh  Al-Qaeda dinyatakan sukses dengan kertugian sangat minim.
TNI AU mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Itulah awal kebangkitan kekuatan udara Indonesia dalam mengimbangi kekuatan udara negara tetangga.
Disamping itu Indonesia sudah menandatangani kerjasama dengan Korea Selatan, berpartisipasi membangun pesawat tempur generasi 4,5 KFX/IFX (Korean-Indonesian Fighter Xperimental), Boramae, yang dalam rencana awalnya TNI AU akan memiliki sebanyak 50 buah pada tahun 2020. Masa depan KFX/IFX Boramae menjadi tidak jelas setelah Pemerintah Korea Selatan menyatakan memotong anggaran proyek tersebut.
Dari sejarah Indonesia menyangkut kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, konflik dan ancaman kedaulatan negara hanya terjadi karena  gesekan dengan negara tetangga. AU Indonesia mulai lebih disegani setelah acara MAKS 2007 di Moskow, dimana Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak untuk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS. Kini TNI AU sudah memiliki 10 Sukhoi dan akan lengkap menjadi  satu skadron pada 2014. Disamping pada 2014 mendatang, TNI AU akan memiliki 34 F-16 setara Block 52 ( 24 F-16 C/D asal dari hibah dan 10 upgrade  F-16 TNI AU sepaket dengan hibah F-16).
Kegundahan Australia
Dalam meninjau ancaman, intelijen udara mengukur dari sisi kekuatan, kemampuan dan kerawanan baik unsur penyerang maupun unsur pertahanan musuh ataupun calon musuh. Standar analisa intelijen udara di negara manapun menggunakan standar yang sama, 3K dan 1N(Niat). Sejak operasi Trikora pada 1961, Australia walaupun tidak secara langsung menempatkan Indonesia sebagai ancaman, mengatakan bahwa musuh akan datang dari Utara. Australia menggelar kekuatannya lebih fokus ke Utara, pengamatan wilayah dilakukan dengan over the horizon radar, yang mampu memonitor hingga pulau Jawa dan Kalimantan.
Sejak TNI AU mengikuti latihan bersama Pitch Black 2012, pemerintah Australia, khususnya RAAF merasakan kegundahan dan keterkejutan, dimana Su-30 TNI AU ternyata lebih unggul dibandingkan F-18F Super Hornet hampir disemua lini. Dari hasil latihan tersebut,  Australia harus membuat pilihan, memilih rencana pengadaan  100 unit F-35 Lightning dari Amerika (joint strike fighter) atau tetap membeli dua skadron 24 F-18 Super Hornet.
The Business Spectator menyatakan, “Indonesia merencanakan akan membeli 180 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia/India yaitu PAK-FA T-50 atau Su-35S. Jadi pertanyaannya lebih baik dipilih F-35 daripada Hornet. Apabila Indonesia kemudian dimasa depan ikut memperkuat Angkatan Udaranya dengan Su-35S atau T-50, maka AU Australia akan menjumpai masalah besar, demikian kesimpulannya.
Siaran pers resmi yang ditulis harian Rossiiskaya Gazeta mengatakan bahwa T-50 akan menggabungkan fungsi dari peran sebagai pesawat serbu dan fungsi sebagai jet tempur. Pesawat ini dilengkapi dengan  avionik modern yang mengintegrasikan fungsi elektronik dan array radar. Perlengkapan baru tersebut akan  memberikan kesempatan kepada penerbang untuk lebih berkonsentrasi dalam melakukan tugas pertempuran.
Para pengamat militer di Australia menyatakan bahwa dalam memegang slogan RAAF  (first look, first shoot, first kill’), para pejabat pertahanan harus berjuang keras  mencari jalan keluar dengan tidak mempertahankan Hornet yang dianggap sudah ketinggalan jaman. Sukhoi oleh Australia dinilai terlalu hebat.
Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, “Sebagai contoh, JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif hanya untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 kaki (walau masih bisa beroperasi lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi). Sebaliknya, Sukhoi dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang jauh lebih tinggi dan dengan kelebihan dan keuntungan, mereka memiliki sistem dan senjata yang bisa meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum mereka memiliki kesempatan menerapkan slogannya.” Ditegaskan oleh BS bahwa tidak ada pertempuran udara yang diperlukan. Pesawat Australia sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap jauh sebelum dia menyadarinya.
Jalan keluar yang disarankan adalah apabila Australia (RAAF) memiliki F-22 Raptor atau teknologi Raptor yang diterapkan pada pesawat tempur pilihan yang dipilih. Yang menjadi masalah, Amerika tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara lain selain untuk kepentingan pertahanan dalam negerinya.
Yang menarik, New Australia merekomendasikan Australia justru memilih Sukhoi seperti yang dilakukan India, mendapatkan lisensi dengan ijin membangun Sukhoi Australia, baik Sukhoi Flanker Su-35S atau pesawat Su-32 Fullback. Preferensi saat ini adalah Su-35S. Saat ini Sukhoi memberikan lisensi pembuatan pesawat tempur di India dan China. Australia bisa membeli utuh pesawat Sukhoi dan membangun avioniknya, dan persenjataan lokal. Kini banyak perusahaan di Rusia, Asia, Israel dan Eropa terlibat dalam pembuatan komponen Sukhoi. Sukhoi adalah ‘open source’, demikian menurut New Asia.
Dalam pemikiran strategis, Australia selain memandang Indonesia sebagai ancaman, juga menempatkan India sebagai ancaman. Selain itu perkembangan situasi Hankam di kawasan Laut Pasifik Selatan, menjadi perhatian Australia dengan kerjasamanya bersama Amerika. Pada pemerintahan Kevin Ruud Australia berposisi anti India, pada posisi ini menempatkan Australia terpaksa membeli F-35. Dalam pemerintahan Julian Gillard, Australia akan mendekati India dan menjadi sekutunya, berpeluang bisa mendapatkan peluang memiliki T-50. Australia menurut RBTH lebih baik memiliki Super Flankers yang murah (USD 66 juta/buah) dibandingkan harga F-35 (USD 238 juta).
Sukhoi dinilai jauh lebih unggul dibandingkan JSF. Su-35 memiliki jangkauan efektif sekitar 4.000 km dibandingkan dengan hanya 2.200 km untuk F-35. . Ini berarti JSF membutuhkan dukungan pesawat tanker untuk menutup ruang (wilayah Australia) yang lebarnya 4.000km. Selain itu, kecepatan Su-35 adalah Mach 2,4 (hampir dua setengah kali kecepatan suara), sedangkan F-35 terbatas pada Mach 1.6. Menurut Victor M. Chepkin, pertama wakil direktur umum NPO Saturn, mesin AL-41f baru akan memungkinkan jet Rusia untuk supercruise (terbang pada kecepatan supersonik untuk jarak jauh.) Dengan tidak harus beralih ke afterburner. Dengan demikian, pesawat dapat mengirit  bahan bakarnya. Kesimpulannya baik F-35 maupun F-18 performance-nya berada dibawah Su-35.
Kini Australia menghadapi dilema kegundahan. RAAF terus mengikuti perkembangan modernisasi  TNI AU. Dengan memiliki keluarga Flankers, maka Indonesia pada masa mendatang bukan tidak mungkin akan bisa memiliki pesawat tempur Su-35, dan bahkan pesawat tempur T-50 generasi kelima. T-50 PAK FA jet tempur (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation) kini sedang mengalami uji engine di Zhukovsky Airfield, Moscow. Menurut Viktor Bondarev, Commander in Chief Russian Air Force, tes T-50 akan memakan waktu sekitar 2-2,5 tahun, sehingga pada tahun 2015-2016, T-50 akan sudah dapat di kirim ke AU Rusia.
Berdasarkan beberapa fakta tersebut, nampaknya Australia kini berada dalam kondisi mengalami kegundahan seperti tahun 1961, dimana Tu-16 AURI mampu mencapai daratannya tanpa terdeteksi dan tidak dapat diantisipasi. Dengan memiliki gabungan alutsista tempur udara Timur dan Barat, Indonesia kini menjadi negara yang disegani negara-negara  tetangganya.
Australia menjadi lebih gundah setelah mengetahui Indonesia tertarik untuk mendirikan sebuah pusat perawatan bersama untuk pesawat fixed dan rotary wing Rusia. Victor Komardin, wakil kepala  Rosoboronexport, eksportir peralatan perang Rusia, telah  mengumumkan hal tersebut di Air show LIMA 2013  di Malaysia.
Disimpulkan, dengan sudah  mengawali kepemilikan keluarga Flankers (Su 27/30), Indonesia (TNI AU) menjadi negara yang sangat diperhitungkan oleh Australia dan pasti juga oleh tetangga lainnya. Alih teknologi ke pesawat yang lebih canggih hanyalah soal waktu yang tidak terlalu rumit dilakukan TNI AU apabila ada pengembangan kekuatan.  Australia sangat khawatir Indonesia berpeluang memiliki Su-35 dan bukan tidak mungkin dengan ekonominya yang semakin baik, suatu saat Indonesia akan memiliki pesawat tempur T-50.
Memang sebaiknya intelijen udara berfikir jauh dan strategis, memperkirakan perkembangan situasi global dan regional dan memberikan masukan kepada pimpinan yang up to date. Yang terutama harus kita fahami adalah betapa pentingnya kemampuan TNI AU dengan daya “kepruknya.” Itulah prinsip dasarnya agar kita diperhitungkan. Semoga bermanfaat.

MENGENAL KRI JENIS KORVET CLASS PARCHIM MILIK TNI AL


Korvet merupakan jenis kapal perang yang lebih kecil dari fregat dan lebih besar dari kapal patroli pantai, walaupun banyak desain terbaru yang menyamai fregat dalam ukuran dan tugas. Biasanya dimasukan kategori sebagai kapal patroli yang mampu melakukan operasi sergap dan serbu secara mandiri.

Kapal ini merupakan jawaban akan kapal perusak/destroyer atau kapal penghancur kapal torpedo (torpedo boat destroyer) yang berukuran lebih besar. Dimana Angkatan Laut Inggris memerlukan kapal kecil dan gesit dengan tugas melindungi kapal-kapal dagangnya. Kapal Korvet sendiri memiliki fungsi yang serupa dengan kapal perusak atau destroyer namun berukuran lebih kecil

Kapal Korvet, selain kapal fregat adalah kapal yang menjadi primadona bagi Angkatan Laut di berbagai negara, mengingat kemampuannya yang cukup tinggi. Kapal Korvet selain menyandang persenjataan yang cukup modern dan dilengkapi dengan rudal sehingga cukup mematikan bila berhadapan dengan kapal-kapal perang yang lainnya. Kapal ini juga mampu mengangkut helikopter. Begitupun harganya cukup terjangkau oleh banyak negara

Korvet kelas Parchim dibuat untuk Volksmarine (Angkatan Laut Jerman Timur) pada akhir dasawarsa 1970-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. Di kemudian hari kapal ini disebut Project 133.1 untuk membedakannya dengan Project 133.2 Parchim II (pengembangan dari kelas Parchim). Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam di perairan dangkal/pantai. Enam belas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal yang dimodifikasi dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast. Setelah Penyatuan kembali Jerman, mantan Jerman Timur menjual kapal-kapal ini ke TNI-AL Indonesia pada 1993.

Oleh TNI-AL kapal ini dimodifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM dan melakukan penambahan tenaga pada mesinnya dengan mengganti mesin-mesin lama untuk patroli lebih lama di laut.

16 Korvet kelas Parchim yang aktif di TNI AL,yaitu :

KRI Kapitan Patimura
KRI Untung Suropati (872)
KRI Nuku
KRI Lambung Mangkurat (874)
KRI Cut Nyak Dien (375)
KRI Sultan Thaha Syaifuddin (376)
KRI Sutanto
KRI Sutedi Senoputra
KRI Wiratno
KRI Memet Sastrawiria
KRI Tjiptadi
KRI Hasan Basri
KRI Imam Bonjol (383)
KRI Pati Unus (384)
KRI Teuku Umar (385)
KRI Silas Papare (386)


1. KRI Untung Suropati 872: Korvet Class Parchim.

KRI Untung Suropati merupakan salah satu kapal perang Republik Indonesia dari jenis Korvet Class Parchim, Kapal ini merupakan salah satu dari 39 unit kapal bekas pakai Angkatan Laut Jerman yang dibeli pada saat pemerintahan Orde baru tahun 1993.
Sebelum bergabung dengan Armada Laut TNI AL, kapal ini telah mendapatkan modifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM supaya bisa melaksanakan tugas patroli yang lebih lama. KRI Untung Suropati merupakan salah satu unsur armada yang berada di jajaran Armada Kawasan Timur TNI AL, Kapal ini menggunakan nomer lambung 872.
KRI Untung Suropati 872 adalah kapal yang didesain sebagai kapal pemburu kapal selam di perairan dangkal. Untuk peralatan tempur, kapal ini dipersenjatai dengan rudal SA-N-5 SAM/Strela sebagai senjata pertahanan udara, dan untuk persenjataan anti kapal permukaan dan bawah air,
KRI Untung Suropati dilengkapi 2 set Roket RBU-6000 dan juga 4 x Torpedo.
Spesifikasi KRI Untung Suropati 872 Data Kapal Berat benaman : 793 ton (standar), 854 ton (beban penuh) Panjang : 75,2 meter Lebar : 9,78 m Draft : 2,65 m Tenaga penggerak : 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp Kecepatan : 24,7 knot Jarak tempuh : 2.100 nm pada 14 knot Awak kapal : 62 orang Sonar dan Radar Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob Persenjataan dan Elektronik 2 x SA-N-5 SAM/Strela 2 x 57 mm gun ( 1x2 ) 2x30mm gun ( 1x2 ) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000 -peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL.

2. KRI Silas Papare 386:

Korvet Class Parchim.KRI Silas Papare 386 merupakan salah satu kapal perang Republhk Indonesia dari jenis Korvet Class Parchim, Kapal merupakan kapal bekas pakai Angkatan Laut Jerman Timur pada akhir tahun 70-an.
Kapal ini dibeli oleh pemerintah indonesia pada tahun 1993 yang sebelumnya telah mendapatkan modifikasi oleh TNI AL dengan menambahkan kapasitas BBM untuk patroli lebih lama dilaut.
KRI Silas Papare memperkuat jajaran Armada TNI AL dengan nomer lambung 385. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal khususnya di perairan barat indonesia.
KRI Silas Papare 386 tergabung dalam jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat ( Koarmabar ). Untuk alat tempur KRI Silas Papare 386 mengusung persenjataan sama dengan Kapal - Kapal jenis Korvet Parchim yang lainya yaitu SA-N-5 SAM/Strela sebagai senjata pertahanan udara, Roket RBU-6000 untuk memburu kapal selam dan juga Torpedo untuk menghajar kapal permukaan dan bawah laut. Spesifikasi KRI Silas Papare 386 Data Kapal Berat benaman : 793 ton (standar), 854 ton (beban penuh) Panjang : 75,2 meter Lebar : 9,78 m Draft : 2,65 m Tenaga penggerak : 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp Kecepatan : 24,7 knot Jarak tempuh : 2.100 nm pada 14 knot Awak kapal : 62 orang Sonar dan Radar Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob
Persenjataan dan Elektronik 2 x SA-N-5 SAM/Strela 2 x 57 mm gun ( 1x2 ) 2x30mm gun ( 1x2 ) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000 -peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL.

3. KRI Teuku Umar 385: Korvet Class Parchim.

KRI Teuku Umar 385 adalah kapal perang Indonesia dari jenis Korvet Class Parchim yang merupakan kapal bekas Angkatan Laut Jerman Timur pada akhir tahun 70-an. Kapal ini dibeli oleh pemerintah indonesia pada tahun 1993, dan memperkuat jajaran Armada TNI AL dengan menyandang nama KRI Teuku Umar nomer lambung 385, nama kapal ini diambil dari seorang Pahlawan Kemerdekaan yang berasal dari Kesultanan Aceh yaitu Teuku Umar.
Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal sehingga cocok untuk beroperasi di perairan indonesia yang banyak memiliki garis pantai panjang. KRI Teuku Umar 385 tergabung dalam jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat ( Koarmabar ).
Spesifikasi KRI Teuku Umar 385 Data Kapal Berat benaman : 793 ton (standar), 854 ton (beban penuh) Panjang : 75,2 meter Lebar : 9,78 m Draft : 2,65 m Tenaga penggerak : 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp Kecepatan : 24,7 knot Jarak tempuh : 2.100 nm pada 14 knot Awak kapal : 62 orang Sonar dan Radar Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob
Persenjataan dan Elektronik 2 x SA-N-5 SAM/Strela 2 x 57 mm gun ( 1x2 ) 2x30mm gun ( 1x2 ) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000 -peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL.

4. KRI Hasan Basri 382: Korvet Class Parchim.

KRI Hasan Basri 382 merupakan kapal perang Indonesia dari jenis Korvet Class Parchim yang pada awalnya dibuat untuk Angkatan Laut Jerman Timur pada akhir tahun 70-an.
Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal sehingga cocok untuk beroperasi di perairan indonesia yang banyak memiliki garis pantai panjang. KRI Hasan Basri 382 tergabung dalam Komando Armada RI Kawasan Timur ( Koarmatim ). Karakteristik umum Berat benaman : 793 ton (standar), 854 ton (beban penuh) Panjang : 75,2 meter Lebar : 9,78 m Draft : 2,65 m Tenaga penggerak : 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp Kecepatan : 24,7 knot Jarak tempuh : 2.100 nm pada 14 knot Awak kapal : 62 orang Sonar dan Radar Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob Persenjataan dan Elektronik 2 x SA-N-5 SAM/Strela 2 x 57 mm gun ( 1x2 ) 2x30mm gun ( 1x2 ) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000 -peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL.

5.KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376.

KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 merupakan kapal perang Indonesia dari jenis Korvet Class Parchim yang pada awalnya dibuat untuk Angkatan Laut Jerman Timur pada akhir tahun 70-an, penamaan kapal ini oleh TNI AL diambil dari nama seorang sultan terakhir dari Kesultanan Jambi yaitu Sultan Thaha Syaifuddin yang juga merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
Sama dengan kapal Korvet Class Parchim lainya, Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal sehingga cocok untuk beroperasi di perairan indonesia yang banyak memiliki garis pantai panjang. KRI Sultan Thaha Syaifuddin (376) merupakan salah satu kapal perang yang tergabung dalam Komando Armada RI Kawasan Barat atau disingkat Koarmabar. Karakteristik umum Berat benaman 793 ton (standar), 854 ton (beban penuh) Panjang 75,2 m Lebar 9,78 m Draft 2,65 m Tenaga penggerak menggunakan 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp Kecepatan 24,7 knot Jarak tempuh 2.100 nm pada 14 knot Awak kapal bisa menampung 62 orang Sonar dan Radar Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob
Persenjataan dan Elektronik 2 x SA-N-5 SAM/Strela 2 x 57 mm gun (1x2) 2x30mm gun (1x2) atau 1 x AK-630 2 x RBU-6000 -peluncur roket anti kapal selam 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau Sonar MG-322T Decoy PK-16